Budidaya ikan dengan ukuran seragam akan meningkatkan keuntungan pembudidaya
Salah satu keluhan terbesar pembudidaya ikan nila adalah kurangnya keseragaman ukuran ikan yang dipanen, yang mengurangi keuntungan mereka.
Hal ini sangat dapat dimengerti mengingat model bisnis pembesaran ikan nila di Indonesia lebih berfokus pada kuantitas daripada kualitas, dimana pembenihan menjual benih dalam jumlah besar dengan harga yang sangat rendah.
Namun, mengapa hal ini mempengaruhi keseragaman?
Dalam kelompok benih mono-sex yang telah diubah jenis kelaminnya dengan perlakuan hormon, sekitar 10-20% masih berjenis kelamin betina. Benih betina pada awalnya dapat tumbuh cepat, atau bahkan lebih cepat daripada benih jantan sampai mereka mencapai usia dewasa (sekitar 3 bulan), tetapi pertumbuhannya melambat karena mereka menggunakan seluruh energinya untuk reproduksi bukan pertumbuhan. Benih ikan jantan 20% akan mengkonsumsi banyak pakan tetapi tumbuh sangat lambat; dan 5-10% lainnya tumbuh sangat cepat dan berukuran besar saat panen. Ini berarti bahwa sekitar 35-45% benih mono-sex tidak akan mencapai ukuran panen yang diinginkan.
Tempat pembenihan komersial biasanya memberikan perlakuan perubahan jenis kelamin dengan hormon selama 21-24 hari pertama. Kemudian mereka mensortir benih ikan untuk pertama kalinya pada usia 30 hari dengan menjual semua benih ikan diukuran 2-3 cm. Benih yang tumbuh lambat dan belum mencapai target ukuran akan dipisahkan, ditambahkan ke kelompok berikutnya, dan diberi waktu beberapa hari untuk tumbuh sebelum dijual. Praktik ini memastikan bahwa mereka menjual benih ikan dengan jumlah maksimum, tetapi pembudidaya membeli hingga 30-40% benih ikan yang tidak mencapai target berat panen, sehingga mengurangi keuntungan pembudidaya secara signifikan.
Apakah mungkin menghasilkan ikan berukuran seragam?
Tidak akan mungkin untuk menghasilkan ikan nila yang seragam jika 10-40% dari kelompok tersebut adalah betina. Ketika benih ikan nila masih sangat muda, ikan betina cenderung lebih besar daripada ikan jantan, yang berarti grading dalam beberapa bulan awal tidak efektif untuk menghilangkan ikan betina. Cara yang efektif untuk membuang ikan nila betina adalah dengan menyortir secara manual saat ikan berukuran 20-50 gram yang memakan waktu lama dan memberikan stres berlebih pada ikan.
Namun, sangat mungkin untuk menghasilkan kelompok ikan yang seragam dengan jantan mono-sex yang digrading secara teratur hingga benih ikan nila mencapai 3-5 gram karena hal ini dapat menyingkirkan ikan-ikan yang tumbuh lambat dan tidak akan menghasilkan keuntungan bagi pembudidaya ikan nila, serta ikan yang tumbuh sangat cepat, bersifat karnivora di usia muda dan memakan ikan kecil lainnya.
Indo Aqua Sukses telah menempatkan ‘ Pembesaran Ikan Nila Seragam Berkualitas Tinggi’ sebagai inti dari operasinya. Pertama, 98 – 100% Indo Aqua Sukses NMT adalah jantan secara alami tanpa menggunakan hormon sehingga pembudidaya tidak perlu khawatir tentang betina yang mengganggu keseragaman kelompok mereka. Kedua, kami melakukan grading empat kali selama tiga minggu awal, yang tidak dapat dilakukan oleh pembenihan komersial lainnya di Indonesia karena benih mereka menjalani perubahan jenis kelamin dengan perlakuan hormon. Grading pertama dilakukan ketika telur dipanen, dengan telur dikelompokkan ke dalam empat tahap perkembangan untuk memastikan telur menetas pada waktu yang sama. Hal ini sangat penting karena telur Tahap 1 menetas sekitar 8-10 hari setelah telur Tahap 4. Kemudian kami melakukan grading tiga kali lagi (setelah inkubasi: untuk membuang ikan kanibal, hari ke-10 dan ke-21) sebelum benih mencapai 0,2 gram pada hari ke-22. Ini berarti pembudidaya hanya perlu melakukan grading pada hari ke-30 (0,5 gram) dan hari ke-47 (3 gram), setelah itu benih ikan akan tumbuh dengan kecepatan yang seragam.
Apakah layak membayar lebih mahal untuk mendapatkan benih ikan yang seragam?
Membeli benih ikan nila yang murah adalah tindakan yang salah. Bibit ikan nila yang murah mungkin seharga Rp50 namun akan menghabiskan Rp3.250 untuk pakan selama enam bulan ke depan. Karena benih yang tumbuh lambat hanya mencapai sekitar 150 gram, mereka akan dijual seharga Rp3.750 (berdasarkan Rp25.000 per kg). Pembudidaya hanya menghasilkan Rp500 untuk ikan yang tumbuh lambat, dan itu belum termasuk biaya-biaya lainnya. Dengan sekitar 35% dari satu kelompok merupakan ikan betina atau ikan yang tumbuh lambat, tidak mengherankan jika para pembudidaya ikan nila mengeluh bahwa mereka tidak menghasilkan banyak keuntungan.
Namun, pengeluaran yang lebih besar untuk membeli benih ikan nila mono-sex berkualitas yang akan tumbuh dengan kecepatan yang seragam akan lebih dari cukup untuk membayarnya. Saat ini, total biaya produksi ikan selama enam bulan adalah Rp4.200 yang mencakup Rp4.000 untuk pakan dan Rp200 untuk benih, tetapi dengan berat 300 gram, pembudidaya akan menerima Rp7.500, sehingga pada akhirnya akan menghasilkan Rp3.300 per ekor.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi kami.